Senin, 21 November 2011

Handout Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan




HAND OUT
Mata Kuliah
PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN
Disusun Oleh: Panji Hidayat, S.Pd.I., M.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Pengertian Pengetahuan
Ilmu dan teori adalah sebuah sinergi yang saling berkaitan. Ilmu adalah pengetahuan yang logis dan empiris. Teori secara umum adalah pendapat yang mencakup pengetahuan-pengetahuan yang ditemukan akal dalam pengertian yang khusus, sedangkan teori hanya digunakan dalam lingkungan sains. Di sini ia disebut teori ilmiah. Dalam pengertian khusus teori adalah pernyataan tentang hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Ilmu pengetahuan adalah suatu uraian yang sistematis dan metodis tentang suatu hal atau masalah. Disebut sebagai pengetahuan harus mempunyai syarat-syarat tertentu.
Syarat ilmu pengetahuan yang pertama adalah objektif. Adapun objek ilmu pengetahuan adalah objek material dan formal. Objek material adalah bahan yang menjadi sasaran suatu ilmu pengetahuan, sedangkan objek formal adalah sudut pembahasan suatu ilmu pengetahuan, misal: ilmu jiwa dan ilmu manusia yang kedua ilmu pengetahuan itu mempunyai objek material sama (manusia), akan tetapi objek formalnya berbeda. Oleh karena itu objek material ilmu pengetahuan dapat sama sedang objek formalnya berbeda. Syarat yang kedua adalah metodis. Metodis yaitu ilmu pengetahuan dalam pembahasan serta penyelidikannya menggunakan metode yang ilmiah.
Ilmu pengetahuan harus sistematis yang harus disusun secara teratur sehingga bagian-bagiannya tidak bertentangan dengan yang lainnya dan harus mempunyai dinamika yang terus tumbuh dan berkembang untuk mempunyai kesempurnaan. Selain itu, ilmu pengetahuan harus praktis yang  berguna dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia mendapatkan pengetahuan dari pemikiran orang-orang dahulu yang belum sempurna atau bahkan menemukan pengetahuan baru yang kemudian untuk diabadikan untuk kesejahteraan manusia. Ilmu selalu berkembang seiring dengan perkembangan manusia dan menjawab segala sesuatu yang berhubungan dengan kesejahteraan hidup manusia.
Kedudukan ilmu pendidikan itu berada di tengah-tengah ilmu yang lain. Ilmu pendidikan adalah suatu llmu pengetahuan yang membahas masalah yamg berhubungan dengan pendidikan. Visi, misi, dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebagai acuan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan keinginan dan cita-cita yang ditetapkan oleh lembaga. Menjadi suatu lembaga pendidikan terkemuka, termashur karena lulusannya bermutu tinggi, terkenal karena memiliki komitmen yang tinggi terhadap integritas lembaga pendidikan sebagai wahana pencerdasan bangsa, khususnya di bidang ilmu pengetahuan alam. Misi pendidikan adalah menyelenggarakan pendidikan profesional di bidang akuntansi yang mampu memberi bekal pengetahuan teori dan praktik kepada para lulusannya, serta mampu beradaptasi terhadap perubahan atau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tujuan Pendidikan adalah mendidik calon-calon profesional di bidangnya agar memiliki kompentensi yang sesuai dengan bidangnya. Menciptakan suasana yang kondusif bagi terselenggaranya proses belajar yang mampu menghasilkan lulusan siap latih dan siap belajar berkelanjutan.
B.     Syarat Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah uraian yang sistematis, metodis tentang suatu masalah. Dikatakan sebagai suatu ilmu karena ilmu pendidikan mempunyai objek, metode, dan sistematis. Sedangkan sifat ilmu pendidikan adalah praktis, teoritis, dan normatif. Objek ilmu pendidikan adalah anak didik, pendidik, materi, metode, evaluasi, alat pendidikan, lingkungan, dan dasar pendidikan.
Suatu ilmu pengetahuan harus memenuhi tiga persyaratan pokok dan beberapa persyaratan tambahan. Di antaranya adalah suatu ilmu harus mempunyai objek tertentu, menggunakan metode-metode yang sesuai dan harus menggunakan sistematika tertentu. Sedangkan persyaratan tambahan adalah suatu ilmu pengetahuan harus mempunyai dinamika, praktis, dan diabdikan untuk kesejahteraan umat manusia.

C.    Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu

Setelah kita tahu apa yang menjadi persyaratan suatu ilmu pengetahuan. tentunya kita mengetahui bahwa ilmu pendidikan telah memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut. Ilmu pendidikan mempunyai objek, metode, dan sistematika. Tidak hanya itu ilmu pendidikan juga telah memenuhi persyaratan tambahan lainnya. Misal, praktis, dinamika dan tentunya diabdikan untuk kesejahteraan umat manusia.
D.    Kedudukan Ilmu Pendidikan
            Guna mempermudah untuk mengetahui kedudukan ilmu pendidikan, coba kita perhatikan bagan berikut.
q  Ilmu pengetahuan            
1.      Matematika           - Ilmu Berhitung
                                    - Ilmu Aljabar
                                    - Ilmu Ukur
                                    - Ilmu Mekanik
2.      Fisika                     - Ilmu Alam
                                    - Ilmu Kimia
                                    - Geologi
                                    - Mineralogi
3.      Biologi                  - Botani
                                    - Zoologi
                                    - Antropologi
                                    - Etnologi
4.                                                               Social Sciences - Ilmu Jiwa
                                                - Ilmu Logika
                                                - Ilmu Ethika
                                                - Ilmu Hukum
                                                - Ilmu Ekonomi
                                                - Ilmu Pendidikan                                                                                         - Sosiologi
5.      Metafisika             - Ontologi
                                    - Antropologi Filsafat                                                 - Cosmologi                                           -
                                    -Theodicee
            Dari bagan di atas maka kita ketahui bahwa kedudukan ilmu pendidikan terletak di tengah-tengah ilmu-ilmu yang lain.

E.     Sifat-Sifat Ilmu Pendidikan

Ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Sebagai mana setiap ilmu mempunyai sifatnya masing-masing, begitu juga dengan ilmu pendidikan. Sifat ilmu pendidikan di antaranya adalah teoritis, praktis, dan normatif.
F.     Objek-Objek Ilmu Pendidikan
Adapun objek dari ilmu pendidikan adalah anak didik, pendidik, materi pendidikan, metodologi pengajaran, evaluasi pengajaran, alat-alat pendidikan, milieu atau lingkungan sekitar, serta dasar dan tujuan pendidikan.
G.    Ilmu-Ilmu Bantu Ilmu Pendidikan
            Ilmu bantu yang diperlukan dalam ilmu pendidikan antara lain ilmu-ilmu biologi, misal; embriologi, anatomi, fisiologi dan lain sebagainya; ilmu jiwa, misal; ilmu jiwa umum, ilmu jiwa perkembangan, ilmu jiwa sosial, serta ilmu-ilmu sosial, misal; sosial, ekonomi, hukum, dan lain sebagainya.
 H.   Konsep Pengetahuan Dalam Islam
Pengetahuan adalah semua yang diketahui. Pengetahuan jenis kedua disebut pengetahuan sains. Dalam bahasa Indonesia, pengetahuan ini disebut ilmu. Kata (ilmu) itu sendiri masih sangat membingungkan. Karena kata “ilmu” dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Arab yang berarti “pengetahuan”. Pengetahuan jenis pertama tadi (pengetahuan inderawi) sebenarnya sama saja (hakikatnya) dengan pengetahuan sains. Bedanya hanya sedikit. Pengetahuan inderawi itu sederhana (karena tidak diuraikan), sedangkan pengetahuan sains itu kompleks (sebenarnya karena diuraikan). Pengetahuan inderawi juga kompleks bila diuraikan.
Pengetahuan sains itu ada lagi, yakni pengetahuan filsafat yaitu kebenarannya hanya dipertanggungjawabkan secara logis. Metodenya disebut metode rasional yang mengandalkan pemikiran akal. Cara kerja metode ini ialah “mencari kebenaran tentang sesuatu dengan cara memikirkannya secara logis”. Sekarang masuk jenis pengetahuan mistik, pengetahuan agama ialah wahyu Tuhan, maka Al-Qur’an (untuk agama Islam) itu isinya ada yang dapat dipahami secara sains, ada yang dapat dipahami secara filsafat, dan kebanyakan dipahami secara mistik. Jadi Al-Qur’an itu isinya ada yang saintifik, ada yang logis, ada yang mistik. Isi Al-Qur’an semuanya diterima berdasarkan keyakinan, jadi semuanya pengetahuan mistik. Dari atas itu ada satu cara membagi pengetahuan manusia. Pembagian dibagi 2: pertama, pengetahuan yang diwahyukan; kedua, pengetahuan yang diperoleh. Maksud diperoleh ialah dicari sendiri oleh manusia, sedangkan pengetahuan yang diwahyukan adalah pengetahuan yang diterima. Ini adalah cara pembagian alam. Jadi, pengetahuan dalam pandangan Islam sebenarnya hanya satu, yakni semua pengetahuan datang dari Allah.
Ilmu isinya teori. Ilmu pendidikan isinya teori-teori tentang pendidikan yang berdasarkan Islam maksudnya, orang Islam meyakini bahwa kehidupan tidak dapat diserahkan seluruhnya kepada kemampuan akal atau kepada kemauan manusia, baik manusia secara pribadi ataupun manusia dalam arti keseluruhan manusia. Karena pendidikan menduduki posisi terpenting dalam kehidupan manusia, maka wajarlah orang Islam meletakkan Al-Qur’an, hadits dan akal sebagai dasar bagi teori-teori pendidikannya.

I.       Definisi Pendidikan Islam
Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan. Ilmu  pendidikan Islam merupakan kumpulan teori tentang pendidikan berdasarkan ajaran Islam. Islam itu sendiri adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam itu sendiri berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia. Ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al-Qur’an dan hadits serta akal.

J.      Perbedaan Antara Filsafat, Ilmu Dan Teknik Pendidikan Islam
Sains (ilmu) ialah pengetahuan yang logis dan mempunyai bukti empiris. Kaidah itu digunakan untuk ilmu pendidikan Islam. Teori-teori di dalam ilmu pendidikan Islam harus dapat diuji secara logis dan empiris. Bila kurang satu, maka ia bukan ilmu pendidikan Islam. Filsafat adalah sejenis pengetahuan manusia yang logis saja, tentang objek-objek yang abstrak. Bila objek penelitiannya konkrit, tetapi yang ingin diketahuinya adalah bagian abstraknya. Suatu teori filsafat benar bila ia dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan untuk selama-lamanya tidak akan dapat dibuktikan secara empiris. Pengetahuan jenis ketiga adalah pengetahuan mistik yaitu pengetahuan tentang objek-objek abstrak supra logis, atau suprasional atau metarasional. Pengetahuan jenis ini diperoleh dengan cara merasakan, mempercayai begitu saja.
Kata “Islam” dalam “pendidikan Islam” menunjukkan warna pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang berwarna Islam. pendidikan yang Islam yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam. Menurut Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Berdasarkan definisi di atas, maka teori-teori pendidikan Islam harus membahas hal-hal yaitu pendidikan dalam keluarga (aspek jasmani, aspek akal, aspek hati), pendidikan dalam masyarakat (aspek jasmani, aspek akal, aspek hati), pendidikan di sekolah (aspek jasmani, aspek akal, aspek hati). Untuk mengetahui tujuan pendidikan Islam harus diketahui lebih dahulu ciri manusia sempurna menurut Islam dan untuk mengetahuinya harus diketahui lebih dahulu hakikat manusia menurut Islam. Apa hakikat menurut Islam? Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari segumpal darah. Al-Qur’an surat Al-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah. Al-Qur’an surat Al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Al-Rahman (Allah) itulah yang menciptakan manusia. Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Allah dan perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.
Ciri manusia sempurna menurut Islam adalah Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan, cerdas serta pandai, rohani yang berkualitas tinggi. Setelah diketahui ciri-ciri manusia sempurna menurut Islam, maka disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menurut dari beberapa pendapat ulama sebagai berikut. Menurut Al-Syaibani tujuan pendidikan Islam berkaitan dengan individu, berkaitan dengan masyarakat, dan berkaitan dengan pendidikan. Al-Abrasyi mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembinaan akhlak, menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat, penguasaan ilmu, keterampilan bekerja dalam masyarakat. Menurut Asma Hasan Fahmi tujuan pendidikan Islam adalah berkaitan dengan tujuan keagamaan, tujuan pengembangan akal dan akhlak, tujuan pengajaran kebudayaan, dan tujuan pembinaan kepribadian. Sedang menurut Munir Mursi tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai kebahagian di dunia dan akhirat, menghambakan diri kepada Allah, memperkuat ikatan keislaman, dan akhlak mulia. Serta Al-‘Aynayni menuliskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk tujuan umum yaitu beribadah kepada Allah dan tujuan khusus yang ditetapkan berdasarkan keadaan tempat dengan pertimbangan ekonomi, geografi dan lain-lain yang ada di tempat itu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan Islam ialah muslim yang sempurna atau manusia yang takwa, atau manusia yang beribadah kepada Allah.
BAB II

PENDIDIKAN

Unsur-unsur pendidikan adalah anak didik yaitu pihak yang menjadi objek utama pendidikan, kemudian pendidik yaitu pihak yang menjadi subyek dari pelaksanaan pendidikan. Materi juga berpengaruh pada pendidikan berupa bahan atau pengalaman belajar yang disusun menjadi kurikulum. Alat pendidikan pendidikan dibutuhkan sebagai suatu tindakan yang menjadi kelangsungan mendidik. Lingkungan yang merupakan keadaan yang berbengaruh terhadap hasil pendidikan, dan juga dasar serta landasan pendidikan yang menjadi fundamental dari segala kegiatan pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang teratur dan tematis, yang dilakukan seseorang untuk mempengaruhi agar anak mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Yang menjadi eksistensi mendidik terletak pada tujuan mendidik, sedang mengajar eksistensinya terletak pada materinya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa mendidik lebih luas dari pada mengajar, dan mengajar merupakan sarana dalam mendidik.
Adapun faktor-faktor yang membatasi kemampuan pendidikan adalah faktor anak didik yang di dalam anak didik terdapat potensi-potensi yang butuh pendidikan dari luar, kemudian faktor pendidik yaitu guru yang mempunyai metode dalam penyampian yang berbeda dan beragam. Yang tak kalah penting juga adalah faktor lingkungan yang sangat berpengaruh baik positif maupun negatif. Lama pendidikan tidak ada batasnya. Menurut Lengeveld pendidikan berakhir di saat anak itu telah sadar atau mengenal kewibawaan (gezaag) dengan ciri-ciri adanya kestabilan, sifat tanggung jawab dan sifat berdiri sendiri. Menurut sarjanawan pendidikan dari Barat jika anak telah berumur 20 atau 21 tahun dianggap sebagai dewasa sedang menurut bangsa Timur bahwa pendidikan tidak hanya di mulai sejak prenatal melainkan di mulai sejak anak diciptakan (konsepsi).
Dasar dan tujuan merupakan salah masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu dasar akan menentukan corak dan isi dari pendidikan akan menuju arah mana anak akan dibawa. Pendidikan adalah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. Mendidik lebih luas dari pada mengajar, mengajar hanyalah merupakan alat atau sarana di dalam mendidik. Sedangkan mendidik harus mempunyai tujuan nilai-nilai yang tinggi. Mengajar adalah transfer pengetahuan (transfer of knowledge), sedangkan mendidik adalah menstransfer nilai-nilai dalam pendidikan (transfer of value). Batas-batas Kemampuan Pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang terletak pada anak didik, faktor yang terletak pada si pendidik dan faktor yang ada pada lingkungan.  
Apakah Pendidikan itu? Mengenai pertanyaan apa pendidikan itu dapat kita jawab. Bahwasannya dalam hand out ini dikemukakan dua pengertian secara umum yaitu pendidikan ialah suatu usaha yang sadar yang teratur dan sitematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan cita-cita pendidikan. Sedang pengertian yang kedua pendidikan adalah bantuan yang diberikan secara sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohani.
Secara teoritis pengertian mendidik dan mengajar tidaklah sama. Mengajar berarti menyerahkan atau manyampaikan ilmu pengetahuan atau keterampilan dan lain sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan cara-cara tertentu sehingga ilmu-ilmu tersebut bisa menjadi milik orang lain. Lain halnya mendidik, bahwa mendidik tidak hanya cukup dengan hanya memberikan ilmu pengetahuan ataupun keterampilan, melainkan juga harus ditanamkan pada anak didik nilai-nilai dan norma-norma susila yang tinggi dan luhur.
Dari pengertian di atas dapat kita ketahui bahwa mendidik lebih luas dari pada mengajar. Mengajar hanyalah alat atau sarana dalam mendidik .dan mendidik harus mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang tinggi.
A.    Dasar-Dasar Pendidikan
Istilah Pendidikan atau Paedagogiek berasal dari bahasa Yunani Pedagogues, dan Latin Paedagogus. Artinya pemuda yang bertugas mengantar anak ke sekolah, serta menjaga anak tersebut agar ia bertingkah laku atau berprilaku susila dan disiplin. Sekolah atau scole secara bahasa berarti waktu luang. John Dewey mengungkapkan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam sesama manusia. Langeveld mendefinisikan bahwa mendidik adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa.
Ilmu Pengetahuan berdiri sendiri-sendiri dan mempunyai objek sendiri. Objek Formal yaitu gejala insani yang disebut pendidikan adalah proses atau situasi pendidikan yang menunjukan keadaan nyata yang dilakukan atau dialami manusia, dan yang harus dipahami oleh manusia. Sedangkan Objek Materil ilmu pendidikan adalah manusia itu sendiri. Pemikiran ilmiah tentang objek itu sendiri. Yang disebut pendidikan adalah proses atau situasi pendidikan yang tersusun secara kritis, metodis, dan sistematis. Ilmu terapan (praktis), serta mempunyai dua segi; teoritis dan praktis. Bersifat Normatif tentang pemahaman mengenai unsur-unsur dasar ilmu pendidikan menjadi instrumen untuk dapat memahami sifat-sifat ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan, antara lain empiris, rohani, teoritis-sistematis, deskriptif, normatif-preskriptif, historis, dan praktis.



B.     Batas-Batas Pendidikan
            Adapun faktor-faktor yang membatasi kemampuan pendidikan ialah adalah faktor anak didik. Anak didik adalah pihak yang dibantu. Pada dasarnya dalam diri anak tersebut sudah terdapat potensi-potensi yang kemungkinan dapat dikembangkan yang mana dalam pengembangannya membutuhkan bantuan pihak lain. Faktor si pendidik adalah pihak yang memberi bantuan kepada anak didik yang dalam hal ini pendidik memberi bantuan guna mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri anak didik. Para pendidik tentunya mempunyai cara-cara tersendiri guna memberikan bantuan anak dan cara tersebut belum tentu sesuai dengan anak, inilah yang menjadi penentu dalam keberhasilan pendidikan. Fakta lingkungan di sini dapat berupa benda- benda, orang-orang, dan lain sebagainya yang ada di sekitar anak didik. Suatu hal di sekitar anak dapat memberi pengaruh langsung terhadap pembentukan dan perkembangan anak. Batasan Ilmu Pendidikan yang pertama adalah suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakikat objek itu, melainkan mempelajari pula betapa kehendaknya bertindak. Yang kedua adalah teori atau perenungan tentang pendidikan lebih luas. Ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan. Ilmu pendidikan mempelajari suasana dan proses pendidikan. Pemikiran ilmiah realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan dididik). Sementara itu pemikiran ilmiah bersifat kritis yaitu semua pernyataan, semua affirmasi harus mempunyai dasar yang cukup kuat. Sikap kritis antara lain ingin mengetahui dengan sunguh-sungguh, serta ingin mengalami sesuatu dengan sebetul-betulnya dan dasar-dasarnya. Metodis dalam proses pendidikan setiap orang menggunakan cara tertentu, dan sistematis adalah proses pemikiran ilmiah yang dijiwai oleh suatu idea yang menyeluruh (universal) dan menyatukan, sehingga pemikiran-pemikirannya dan pendapat-pandapatnya tidak tanpa bimbingan, melainkan merupakan kesatuan.
            Posisi Manusia dalam Pendidikan adalah bersifat antropologis. manusia memiliki potensi, pendidikan bersifat normatif yaitu perlakuan. Pendidikan bersifat praktis yang dipraktekkan sebagai aplikasi dari teori.
Sifat pendidikan yang antropologis, normatif, dan praktis artinya atau tidak lain berpangkal dari dasar manusia itu sendiri. Dalam pendidikan manusia bertindak sebagai objek. Adapun cara yang dilakukan dalam pendidikan supaya potensi anak berkembang diantaranya adalah segi antropologi yaitu kita harus meyakini bahwa setiap anak mempunyai potensi masing-masing. Dengan potensi yang ada, kita bisa mengembangkan bakat dan kemampuan anak dalam berbagai bidang. Segi  normatif adalah setiap anak tidak bisa diperlakukan dengan cara yang sama. Kita harus mengetahui cara mendidik bagaimana yang paling cocok untuk seorang anak yang kita hadapi. Terlebih lagi, memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh sesuai dengan potensinya itu lebih baik. Dari segi praktis guru harus bisa mengarahkan siswa sesuai dengan potensi bukan dengan intervensi. Asumsi dalam pendidikan bahwa setiap apa yang ada di dunia, baik itu ilmu pengetahuan, teori, maupun praktis bersumber dari sebuah asumsi dasar. Dalam pendidikan, kita memiliki asumsi bahwa manusia dapat dididik. Asumsi itu adalah manusia disebut sebagai homo educandum yang artinya, manusia perlu di didik agar potensi yang ada dalam dirinya dapat berkembang. Dan yang kedua, manusia dianggap sebagai homo educable; artinya setiap manusia dapat mendidik manusia yang lain. Guru harus bersikap renggang dalam artian dapat menjaga jarak dengan siswanya. Dengan hal ini, guru mencoba agar siswa bisa mandiri dan guru tidak bersifat subyektif terhadap muridnya.
            Guru harus dapat mencetak muridnya sebagai manusia dengan potensi yang murid miliki sendiri, dan guru juga harus dapat membuat seorang siswa didiknya menjadi mandiri, tidak tergantung kepada guru. Guru harus mempunyai daya antisipatif, yaitu guru harus mempunyai pengetahuan, kemampuan dan kemauan untuk menghadirkan masa yang akan datang pada saat guru sedang melakukan proses pembelajaran. Kegagalan antisipatif seorang guru dalam menghadirkan masa yang akan datang disebut dehumanisasi. Guru harus bersikap progresif, mengikuti perkembangan zaman, guru harus bersifat present. Artinya memiliki kemampuan dalam menghadirkan sesuatu saat mendidik seorang siswa.
            Unsur-unsur Pendidikan yang pertama adalah komunikasi.
Komunikasi diartikan adanya interaksi hubungan timbal balik dari anak dengan orang tua atau pendidik, atau dari orang yang belum dewasa kepada orang yang sudah dewasa dan lain sebagainya, yang kedua adalah kesengajaan, komunikasi yang terjadi itu merupakan suatu proses kesengajaan perbuatan yang disadari oleh orang-orang dewasa demi anak. Normative, Adanya komunikasi tadi dibatasi adanya ketentuan suatu norma adat, agama, hukum, sosial dan atau norma pendidikan formal.
            Kewibawaan adalah perilaku orang dewasa hendaknya ada unsur wibawa dalam arti diharapkan baik secara sadar atau tidak anak yang belum dewasa, patuh akan hasil didikan orang dewasa. Secara sukarela (kewajiban adalah “pengaruh yang diterima dengan sukarela” dimiliki oleh orang yang dewasa). Unsur anak, keadaan anak yang akan menerima pelayanan pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kenalilah anak sebaik-baiknya. Unsur Kedewasaan, Kedewasaan dalam arti pisik maupun psikis sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
(“anak-anak adalah pendidik terbaik bagi dirinya, sedangkan guru pertamanya adalah orang tua”).

C.    Lama Pendidikan dan Kedewasaan
           Yang dimaksud lama pendidikan disini adalah hal yang menyangkut kapan pendidikan itu dimulai (batas bawah) dan kapan pendidikan itu berakhir (batas atas). Menurut langeveld batas bawah dari pendidikan itu ialah saat dimana anak mulai mengakui dan menerima pengaruh atau anjuran yang datang dari orang lain.
           Sedangkan batas atas dari pendidikan adalah apabila anak telah mencapai tinggkat dewasa dalam arti rohaniah. Adapun ciri – cirinya yaitu : adanya sifat kestabilan (kemantapan), adanya sifat tanggung jawab, adanya sifat kemandirian.
D.    Macam-Macam Pendidikan
           Ditinjau dari segi pelaksanaan pendidikan dapat dibedakan menjadi berbagai macam pendidikan yaitu pendidikan menurut filsafat atau pandangan hidup yang meliputi pendidikan nasionalis, pendidikan kolonialis, pendidikan komunis, pendidikan liberalis, dan pendidikan Islam. Menurut segi-segi atau aspek-aspek pendidikan meliputi pendidikan akhlak atau budi pekerti, pendidikan kecerdasan, pendidikan keindahan, pendidikan kewargarnegaraan, dan pendidikan jasmani. Sedangkan menurut tingkatan-tingkatannya yaitu pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
           Perbedaan menurut umur yaitu pendidikan prenatal, pendidikan bayi, pendidikan anak, pendidikan pemudah, dan pendidikan orang dewasa. Pembedaan menurut tempat pendidikan yaitu pendidikan di rumah, pendidikan di sekolah, dan pendidikan di masyarakat. Menurut isi pendidikan, pendidikan dibedakan menjadi pendidikan umum, dan pendidikan kejuruan. Menurut segi pelaksanaan pendidikan dibedakan menjadi pendidikan formal, pendidikan non formal, pendidikan informal. Menurut sifat atau keadaaan anak didik yaitu pendidikan Biasa dan pendidikan luar biasa












BAB III
DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Hubungan kurikulum dengan falsafah dapat digambarkan sebagai berikut:
Text Box: Harus sesuai dengan

 

Menurut M.J.Langeveld bahwa pandangan pendidikan yang cocok untuk pendidikan adalah mengakui manusia sebagai makhluk sosial, individual dan dwi tunggal. Adapun tujuan pendidikan adalah:
1.      Tujuan umum:membentuk Insan Kamil
2.      Tujuan khusus:tujuan dalam rangka mencapai tujuan umum
3.      Tujuan tak lengkap:tujuan dari masing-masing aspek pendidikan sendiri
4.      Tujuan insidental:tujuan seketika karena timbul secara kebetulan
5.      Tujuan sementara:tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan
6.      Tujuan perantara (intermediasi): alat untuk mencapai tujuan yang lain.
7.      Hubungan Kurikulum dan Dasar dan Tujuan Pendidikan.








Hubungannya sangat erat, dan dapat digambarkan sebagai berikut.
Text Box: Sesuai dengan
 












A.    Filsafat Negara Sebagai Dasar dan Tujuan Pendidikan

Mengingat sangat urgentnya masalah pendidikan bagi bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara langsung masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan, terutama yang menyangkut masalah kebijakan atau policy. Dalam hal ini masing-masing negara mempunyai kebijakan sendiri-sendiri yang sesuai dengan keadaan.

B.     Hubungan Kurikulum Dengan Dasar dan Tujuan Pendidikan
            Kurikulum adalah sebagai alat pembentukan. Alat pembentuk murid. Kita tahu dasar pendidikan akan menentukan corak dan isi pendidikan dan isi pendidikan itu tidak lain adalah kurikulum. Dengan demikian maka dasar pendidikan menentukan corak dan isi kurikulum. Di samping itu, kurikulum sebagai alat pembentuk haruslah disesuaikan dengan tujuan pendidikan.

C.    Azasi Manusia Dalam Pendidikan
            Manusia pada hakekatnya mempunyai beberapa macam azasi, antara lain:
1.         Bahwasanya manusia itu adalah makhluk dwi tunggal, manusia terdiri atas unsur rohaniah dan unsur jasmaniah. Unsur halus dan unsur kasar. Badan halus dan badan wadag. Unsur jiwa dan unsur raga.
2.         Bahwasannya manusia mempunya dua macam sifat azasi ; sebagai makhluk individual dan sebagai makhluk sosial.
3.         Manusia sebagai makhluk susila; makhluk bertuhan, makhluk bertaqwa.



D.    Aspek-Aspek Pendidikan
1.      Pendidikan budi pekerti atau pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak adalah dasar dan fundament bagi semua pendidikan yang lain karena pendidikan menyangkut pendidikan moral.
2.      Pendidikan kecerdasan. Pendidikan kecerdasan adalah merupakan tugas pokok dari sekolah di samping tugas-tugas yang lain. Tujuan pendidikan kecerdasan ini adalah mendidik anak agar mampu berfikir secara kritis, logis, kreatif, dan berfikir secara reflektif.
3.      Pendidikan social atau kemasyarakatan. Pendidikan ini berhubungan dengan pergaulan anak didik dan proses adaptasi lingkungan. Pendidikan social bertujuan untuk mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bersama dan dapat ambil bagian atau berpartisipasi secara aktif didalamnya.
4.      Pendidikan kewarga negaraan.  Manusia selain hidup berkelompok kecil yaitu keluarga juga manusia terkelompok dalam kelompok besar yaitu negara. Oleh karena itu pendidikan dirasa penting untuk diberikan guna memberi wawasan pada anak didik agar kelak menjadi warga yang baik dan berguna.
5.      Pendidikan keindahan atau estetika. Pada dasarnya pendidikan estetika bukanlah aspek yang begitu penting namun sesuatu tentang keindahan itu ada dalam setiap aspek kehidupan kita. Oleh karena itu, tak salah tentunya kalau hal ini juga dipelajari. Pendidikan ini bertujuan agar semua anak mempunyai rasa keharuan terhadap keindahan.
6.      Pendidikan jasmani. Pendidikan ini tidak hanya untuk membentuk tubuh yang atletis, melainkan juga bertujuan untuk membentuk watak.
7.      Pendidikan Agama.  Agama tidak lain adalah sumber moral. Oleh karena itu tujuan pendidikan agama tidak lain adalah menuntun anak untuk menjadi anak yang bermoral, manusia yang berbudi luhur, manusia yang bertaqwa kepada tuhan, manusia yang meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.
8.      Pendidikan kesejahteraan keluarga, tujuan pendidikan ini secara luas adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan dan penghidupan keluarga, untuk terwujudnya keluarga yang sejahtera menuju kepada terwujudnya masyarakat yang sejahtera.

E.     Macam-Macam Tujuan Pendidikan
1.   Tujuan umum. Menurut Kohnstamm dan Gunning, tujuan umum pendidikan adalah untuk membentuk insan kamil atau manusia sempurna. Sedangkan menurut Kihajar Dewantara, tujuan akhir pendidikan ialah agar anak sebagai manusia (individu) dan sebagai anggota masyarakat (manusia sosial), dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
2.   Tujuan khusus. Adalah tujuan-tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan keadaan tertentu, dalam rangka untuk mencapai tujuan umum pendidikan.
3.   Tujuan tak lengkap. Adalah tujuan dari masing-masing aspek pendidikan.
4.   Tujuan insidental adalah tujuan yang timbul secara kebetulan. Secara mendadak, misal tujuan untuk mengadakan hiburan atau variasi dalam kehidupan sekolah.
5.   Tujuan sementara adalah tujuan-tujuan yang ingin kita capai dalam fase-fase tertentu dari pendidikan.
6.   Tujuan perantara adalah merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Misal mempelajari bahasa guna mempelajari literatur-literatur asing.

F.     Dasar dan Tujuan Pendidikan Di Indonesia
      Dasar dan tujuan pendidikan di indonesia dari masa kemasa selalu mengalami  perbaikan-perbaikan yang diharapkan agar dapat membenahi sitem pendidikan di indonesia. Berikut kami cantumkan bagan perkembangan kebijakan pemerintah tentang pendidikan :
BAGAN SEJARAH PERKEMBANGAN KEBIJAKSANAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH

                                                            Undang – Undang Pend. y . a . d

                                                     Tap . MPRS no. XXVII Th 1966
 

Pen. Pres. No. 19 Th 1965
 

Tap MPRS no. 11 Th 1960

                                                                                    Dekrit Presiden
                                                                                      5 Juli 1959

                                                                                    UU no.12 Th 1954
                                                                                               
                                                                                    UU no. 4 Th 1950
                                                                                               
                                                                                     UUD 45        
                       










BAB IV
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Anak merupakan objek utamadari pendidikan dan di dalam anak mempunyai  pembawaan yang disebut Bakat. Adapun aliran yang berpendapat bahwa pembwaan itu berperan pada perkembngan sebagai berikut:
1.Aliran nativisme” perkembangan seorang anak ditentukan oleh pembawaannya”.
2.Aliran naturalisme (JJ Rousseu)” anak itu lahir dengan sifat-sifatnya sesuai dengan alamnya sendiri”
3.Aliran predestinasi/predeterminasi” perkembangan anak ditentukan oleh nasibnya”
Sedangkan aliran tentang lingkungan berperan pada perkembangan adalah sebagai berikut:
a.       Teori Tabularasa (John Lock)”anak dilahirkan dalam keadaan bersih,tidak ada pembwaan apa-apa seperti sehelai kertas yang masih kosong”.
b.      Emanual Kant” Manusia tidak lain adalah hasil dari pendidikan, oleh karena itu berarti bahwa pendidikn sanggup membuat manusia yang bagaimana saja”.
Menurut Wilhelm yang terkenal dengan teori konvergensinya ”perkembangan anak itu tidak hanya ditentukan oleh pembawaannya saja dan juga tidak lingkungan saja.
Aspek perkembangan anak sejak ia dibentuk hingga mencapai kedewasaan diantaranya:perkembangan motorik, ingatan, pengamatan dan inovasi, perkembangan berpikir dan kepribadian serta kedewasaan.
Dalam suatu pendidikan terdapat siatu limgkungan yang biasa kita sebut Tri pusat pendidikan, yaitu:
1.      Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan.
2.      Lingkugan sekolah merupakan bagian darli pendidikan dalan keluarga dan merupakan lanjutan pendidikan dalam keluarga serta merupakan jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan keluarga dan masyarakat.
3.      Lingkungan masyarakat, apabila anak tidak di bawah pengawasan orang tua dan anggota keluarga yamg serta tidak di bawah pengawasan guru dan petugas sekolah yang lain. Lingkungan ini tidak berperan dalam mendidik hanya memberi pengaruh.


Selain lingkungan di atas dapat dibedakan sebagai berikut:
1.      Lingkungan alam, lingkungan ini bersifat klimatologis, geografis, dan keadaan tanah
2.      Lingkungan sosial, lingkungan ini dibagi dua yaitu sosial keluarga dan masyarakat
Terdapat aliran-aliran yang berpendapat :
a.             Nativisme adalah perkembangan ini ditentukan oleh pembawaannya
b.            Naturalisme (J.J. Rousseaw)  adalah anak lahir m,embawa sifat-sifat sendiri.
c.             Presditinasi/Predertiminasi adalah nasib
Peran Lingkungan Terhadap Pendidikan
a.                   Teori Tabularasa (John Lock): anak dilahirkan dalam keadaan masih bersih, tidak ada pembawaan apa-apa.
b.                  Emmanual Kant: Manusia tidak lain adalah hasil dari pendidikan dengan demikian, bahwa pendidikan sanggup membuat manusia yang bagaimana  saja
c.                   Teori Konvergensi: perkembangan anak tidak hanya ditentukan oleh pembawaan saja dan tidak oleh lingkungan saja akan tetapi oleh dua-duanya.
Beberapa aspek Perkembangan yaitu: perkembangan motorik, pengamatan, berfikir, kepribadian dan kedewasaan.

A.    Peran Pembawaaan Dalam Perkembangan

Pembawaan atau bakat adalah merupakan potensi-potensi, atau kemungkinan-kemungkinan yang memberikan kemungkinan kepada seseorang untuk berkembang menjadi sesuatu. Berkembang tidaknya potensi yang ada pada anak masih sangat tergantung pada faktor- faktor pendidikan yang lain .

B.     Peranan Lingkungan Dalam Perkembangan
      Lingkungan dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak baik secara langsung maupun tak langsung. Baik secara disengaja maupun tidak disengaja .

C.    Teori Konvergensi Dalam Perkembangan
      Menurut teori konvergensi bahwa perkembangan anak itu tidak hanya ditentukn oleh perkembangan saja, dan juga tidak hanya ditentukan oleh lingkungan saja. Melainkan perkembangan anak ditentukan dari hasil kerja sama antara kedua faktor tersebut.



D.    Peranan Aktivitas Pribadi Dalam Perkembangan
      Pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang aktif. Makhluk yang di dalam dirinya terdapat kecenderungan, terdapat naluri untuk membentuk dirinya sendiri, pada manusia terdapat kemampuan dan kemauan untuk menggerakan dan mengarahkan ke mana perkembangan itu ditujukan, inilah yang dimaksud peranan aktivitas pribadi.
E.     Beberapa Aspek Dalam Perkembangan
1.      Perkembangan motorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakan-gerakan
2.      Perkembangan pengamatan, ingatan dan fantasi
§  Pengamatan, perkembangan pengamatan sama halnya pada perkembangan motorik pada permulaan. Yaitu mula-mula bersifat umum, global, yang selanjutnya menuju ke hal-hal yang khusus.
§  Ingatan, berkembang sesuai umur semakin bertambah usia anak maka makin bertambah juga kemampuan daya ingatnya
§  Fantasi,mulai berkembang pada usia kurang lebih tiga tahun dan selanjutnya terus berkembang.
3.      Perkembangan berfikir, kemampuan berfikir ini juga berkembang sesuai dengan pertambahan usia. Mulai kanak-kanak hinga pada akhirnya tercapai kepribadian yang bulat
4.      Perkembangan kepribadian, perkembangan selalu menyangkut kehidupan aku pribadi (ego) dalam hubungannya dengan kehidupan sekitar. Pada mulanya sifat ego tersebut sangat tinggi, namun seiring bertambahnya usia sifat tersebut semakin berkurang akibat bertambahnya pengalaman-pengalaman hidup dalam masyarakat.
5.      Perkembangan kedewasaan, perkembangan ini tidak dapat dilepas dari perkembangan kepribadian. Terbentuknya kepribadian yang bulat, berarti pula tercapainya kedewasaan.







 

BAB V

LEMBAGA DAN PUSAT-PUSAT PENDIDIKAN

A.    Orang Tua Sebagai Lembaga Pendidikan

Orang tua merupakan orang yang pertama dan terutama yang wajib bertanggung jawab atas pendidikan anak. Hal ini dikarenakan orang tua adalah orang yang menjadikan sebab seorang anak itu ada di dunia ini. Dan hal itu dikarenakan juga anak dilahirkan didunia ini tanpa mempunyai daya sama sekali oleh karena itu kepada siapa lagi anak bergantung diri kalau tidak pada orang tua.

B.     Yayasan – Yayasan Sebagai Lembaga Pendidikan
      Orang tua sebagi tempat menggantungkan bagi anak itu adalah tempat bergantung diri yang wajar. Tapi pada kenyataannya tidak semua anak memperoleh tempat menggantungkan diri yang wajar ini. Denagn demikian mereka terpaksa memperoleh tempat penggantungan diri pada orang lain. Kebanyakan dari mereka ditampung di yayasan-yayasan yang mana disana mereka mendapatkan pendidikan.


C.    Lembaga Keagamaan Sebagai Lembaga Pendidikan
      Kiranya tidak dapat disangsikan lagi, bahwa lembaga keagamaan mempunyai tugas dalam penyelenggaraan pendidikan agama bagi umatnya.lembaga keagamaan mempunyai tanggung jawab atas pendidikan agama bagi anak – anak termasuk juga orang dewasa.

D.    Negara Sebagai Lembaga Pendidikan
      Guna mendapat warga negara, warga negara yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, warga negara, warga negara yang memiliki kesadaran akan tugas dan kewajiban, warga negara-warga negara yang memiliki kepandaian dan kecakapan, serta berjiwa pengabdian, mutlak perlu adanya pendidikan bagi calon-calon warga negara.pendidikan yang mempersiapkan anak  agar dapat menjadi warga negara seperti yang dicita-citakan oleh negara. Di sini negara berperan dalam penentuan kebijakan-kebijakan masalah-masalah pendidikan.

E.     Tri Pusat Pendidikan
      Tripusat pendidikan adalah pendidikan yang berlangsung pada tiga lingkungan, yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Perpaduan antar ketiganya menentukan keberhasilan dalam suatu pendidikan.

F.     Perkumpulan Pemuda
      Perkumpulan pemuda juga termasuk lembaga pendidikan karena dalam perkumpulan ini pihak yang ikut didalamnya akan mendapatkan segudang pengalaman yang itu semua sangat berguna bagi pengetahuan-pengetahuan masing-masing individu.













BAB VI
BEBERAPA MASALAH DALAM
PELAKSANAAN PENDIDIKAN
Adapun masalah-masalah dalam pelaksanaan pendidikan yaitu:
a.       Kewibawaan: pengakuan secara sukarela terhdap pengaruh yang datang dari orang lain.
b.      Tanggung jawab: yang dimksud tanggung jawab di sini adalah bertanggung jawab atas pendidikan anak
1.      Alat dan faktor: Keadaan yang ikut serta menentukan berhasilnya pendidikan disebut faktor pendidikan, sedangkan alat pendidikan adalah langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses pelaksanaan pendidikan. Alat pendidikan ada dua Alat preventif: alat yang bersifat pencegahan, dan alat represif atau kuratif atau korektif yang bertujuan untuk menyadarkan kepada yang benar.
c.       Hukuman dan ganjaran
d.      Motivasi belajar: kekuatan-kekuatan yang memberikan dorongan kepada kegiatan belajar murid 

A.    Kewibawaan Dalam Pendidikan
Yang dimaksud dengan kewibawaan dalam pendidikan disini ialah pengakuan dan penerimaan secara sukarela terhadap anjuran dan pengaruh yang datang dari orang lain. Jadi penerimaan dan pengakuan anjuran dari oramg lain itu diterima dengan sukarela atas dasar sadar keikhlasan, atas kepercayaan yang penuh, bukan didasarkan rasa terpaksa, rasa takut akan sesuatu, dan sebagainya.

B.     Tanggung Jawab Pendidikan
           Disini kita membicarakan siapakah yang bertanggung jawab pada hasil pendidikan. Yang bertanggung jwab pada hasil pendidikan adalah :
1.       Pada pendidikan anak maka tanggung jawab sepenuhnya adalah di tangan pendidik
2.      Pada pendidikan orang dewasa maka tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh si terdidik sendiri. Yang bertanggung jawab sepenuhnya atas pendidikan dirinya.
3.      Pada perguruan tinggi yang menjadi objek adalah mahasiswa – mahasiswa, yang merupakan orang – orang yang telah dewasa atau dianggap dewasa.

C. Alat dan Faktor Pendidikan
            Faktor pendidikan adalah hal-hal yang ikut serta menentukan pada keberhasilan pendidikan. Sedangkan alat – alat pendidikan adalah langkah – langkah yang diambil dmi kelancaran proses pelaksanaan pendidikan. Faktor-faktor pendidikan berupa sebagai kondisi-kondisi atau situasi-situasi. Sedangkan alat-alat pendidikan berupa bentuk-bentuknya.
            Termasuk faktor pendidikan anatara lain: keadaan gedung sekolah, keadaan perlengkapan sekolah, keadaaan alat-alat sekolah, keadaaan alat-alat pelajaran, dan fasilitas-fasilitas yang lain. Mengenai alat pendidikan dapat digolongkan menjadi dua ;
1.      Alat pendidikan preventif, alat pendidikan yang berupa pencegahan:
a)         Tata tertib
b)         Anjuran dan perintah
c)         Larangan
d)        Paksaan
e)         Disiplin
2.      Alat pendidikan represif, disebut juga alat pendidikan kuratif atau korektif:
a)         Pemberitahuan
b)         Teguran
c)         Peringatan
d)        Hukuman
e)         Ganjaran 


D.    Hukuman Dan Ganjaran
            Hukuman adalah tindakan yang dijatuhkna kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa dan dengan adanya nestapa itu anak menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulanginya. Dalam hukuman terdapat dua macam prinsip mengadakan hukuman:
1.      Hukuman diadakan karena pelanggaran
2.      Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran
Adapun dalam hukuman ini ada beberapa teori:
1.      Teori hukuman alam
2.      Teori ganti rugi
3.      Teori menakut-nakuti
4.      Teori balas dendam
5.      Teori memperbaiki
E.     Motivasi Belajar
            Motivasi belajar dapat dibedakan menjadi dua macam :
1.      Motivasi intrinsik, ialah motivasi yang ada pada diri anak sendiri :
a)      Adanya kebutuhan
b)      Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri
c)      Adanya aspirasi atau cita - cita
2.      Motivasi ekstrinsik, ialah motivasi yang datang dari luar anak didik :
a)      Ganjaran
b)      Hukuman
c)      Persaingan atau kompetisi


















BAB VII
PERSYARATAN PENDIDIK
7.1           Persyaratan jasmani  dan rohani untuk menjadi guru harus sehat jasmanai dan rohani
7.2           Persyaratan pengetahuan pendidikan untuk menjadi guru profesional maka harus mempunyai wawasan dan IP  yang luas.
7.3           Persyaratan kepribadian seorang guru harus mempunyai kecerdasan, kecakapan, pengetahuan dan sikap, minat, tabi’at,  keteladanan dan sebagainya.
7.4           Persyaratan-persyaratan khusus, biasanya disesuaikan dengan pandangan dan falsafah hidup bagus sendiri-sendiri.
7.5           Persyaratan menurut Ronggowarsito :
1)       Bangsaneng awiryo (berkebangsaan tinggi)
2)       Bangsaneng sujono (orang yang baik)
3)       Bangsaneng aguno (pandai)
4)       Hawicerito (kaya cerita)
5)       Nawung krido (mempunyai pandangan yang tinggi)
6)       Asih  ing murid (cinta kepada anak didik)
7)       Sambegana (mempunyai daya ingat

A.    Persyaratan Jasmaniah dan Kesehatan

Guru adalah petugas lapangan dalam pendidikan. Oleh karena itu syarat pertama yang harus dipenuhi oleh seorang guru antara lain
1.         Guru tidak boleh mempunyai cacat tubuh yang nyata.
2.         Guru harus sehat jasmani (tidak sakit apapun)
3.         Guru harus sehat jiwa

B.     Persyaratan Pengetahuan Pendidikan
            Untuk menjadi seorang guru perlu adanya pendidikan khusus. Adapun pengetahuan-pengetahuan yang penting bagi seorang guru antara lain:
1.         Pengetahuan tentang pendidikan
2.         Pengetahuan psikologi
3.         Pengetahuan tentang kurikulum
4.         Pengetahuan tentang metode mengajar
5.         Pengetahuan tentang dasar dan tujuan pendidikan
6.         Pengetahuan tentang moral, nilai-nilai dan norma-norma




C.    Persyaratan Kepribadian
            Kepribadian pada dasarnya adalah keseluruhan dari ciri – ciri dan tingkah laku dari seseorang. Dalam pembicaraan disini pengertian kepribadian lebih ditekankankepada kelakuan, tabiat, sikap dan minat.
            Kelakuan dan tabiat adalah sesuatu yang berhubungan dengan moral. Dalam kaitannya persyaratan seorang guru. Guru haruslah mempunyai kepribadian yang luhur. Sebab guru adalah  sosok yang dijadikan panutan oleh anak didik.

D.    Persyaatan – Persyaratan Khusus
      Persyaratan ini antara lain :
1.      Seorang guru harus berjiwa pancasila
2.      Menurut uu  no. 4 tahun 1950, babx pasal 15 bunyinya : “ syarat utama untuk menjadi guru, selain ijazah dan syarat-syarat mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pengajaran seperti yang dimaksud  dalam pasal 3, dan pasal 4, dan pasal 5 dari undang- undang ini.”
§  Pasal 3 tentang tujuan pendidikan dan pengajaran
§  Pasal 4 tentang dasar – dasar pendidikan dan pengajaran
§  Pasal 5 tentang bahasa

E.     Persyaratan Menurut Ronggo Warsito
            Menurut rangga warsita oranmg yang pantas menjadi guru adalah
1.      orang yang dari keturunan terhormat
2.      orang yang taat beribadah
3.      orang yang bermoral tinggi
4.      dan lain sebagainya
Apa yang dimaksud dengan belajar? Belajar merupakan aktivitas     kearah perubahan tingkahlaku melalui interaksi aktif individu terhadap lingkungan (pengalaman). Bagaimana ciri-ciri belajar ? Dari segi proses adanya aktivitas (fisik, mental, emosional), melibatkan unsur lingkungan, dan bertujuan kearah terjadinya perubahan  tingkah laku (behavioral changes). Dari segi hasil bersifat relatif tetap dan diperoleh melalui usaha
Mengapa perlu belajar ? Potensi manusia bersifat laten dan terbuka.
2.   Pertumbuhan dan perkembangan
      manusia lebih banyak terjadi secara non instingtif/alamiah
Faktor-faktor apa saja yang    mempengaruhi proses dan hasil belajar-pembelajaran adalah guru, siswa, tujuan, materi, instrumental, dan lingkungan


BAB VIII
TEOLOGI PENDIDIKAN

Secara garis besarnya kegiatan ini diawali dengan telaah konsep ajaran nahwu yang memuat ajaran tentang pembentukan akhlaq al-karimah, baik yang termuat dalam kitab suci al-Qur’an maupun dalam Hadits. Lebih lanjut konsep ini akanmemberikan gambaran menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara pencipta, manusia dan lingkungannya dalam konteks pembentukan insan kamil (yang berfklaq al-karimah) sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
Disini tergambar kejelasan mengenai hubungan dan keterkaitan manusia yang berkahlaq al-karimah dengan nilai-nilai Ilahiyat dalam bersikap dan bertingkah laku, dilihat dari sudut pandang pendidikan Islam.

A.    KEDUDUKAN MANUSIA DALAM ALAM SEMESTA
1.      Hakikat Penciptaan Manusia
Manusia merupakan karya Allah SWT yang paling istimewa, bila dilihat dari sosok diri, serta beban yang tanggung jawab yang diamanatkan kepadanya. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling mulia karena kesempurnaan bentuk dan kelebihan akal pikiran yang ikut membedakannya dari makhluk lainnya (al-syaibany: 103). Sebagai konsekuensinua, manusia dituntut untuk berbakti kepada Allah dengan memanfaatkan kesempurnaan dan kelebihan akal pikiran, dan segala kelebihan lain yang telah dianugerahkan kepadanya.
1)   Manusia dalam pandangan Islam
Manusia dalam pandangan Islam adalah makhluk ciptaan Allah (QS. 98:2) dengan kedudukan yang melebihi makhluk ciptaan Allah yang lainnya (QS. 95:4). Selain itu manusia sudah dilengkapi dengan berbagai potensi yang dapat dikembangkan antara lain berupa fitrah ketauhidan (QS. 15:29). Mengacu pada ketentuan ini, maka dalam pandangan islam, manusia pada hakikatnya merupakan makhluk ciptaan yang terikat kepada :blue print” (cetak biru) dalam lakon hidupnya, yaitu menjadi pengabdi Allah yang setia.
2)   Manusia dan perannya
Dalam al-Qur’an manusia disebut dengan berbagai nama antara lain: al-Basyr, al-Insan, an-Nas, Bani Adam, al-Ins, Abd Allah dan Khalifah Allah. Sehubungan dengan hal ini maka untuk memahami peran manusia, perlu dipahami konsep yang mengacu kepada sebutan yang dimaksud.
a)      Konsep al-Basyr
Manusia dalam konsep al-Basyr, dipandang dari pendekatannya biologis (Muhaimin, 1993:11). Dalam konsep al-Basyr ini tergambar tentang bagaimana seharusnya peran manusia sebagai makhluk biologis. Sebagai makhluk biologis, manusia dibedakan dari makhluk biologis lainnya seperti hewan, yang pemenuhan kebutuhan primernya dikuasai dorongan instingtif. Sebaliknya manusia, didasarkan tata aturan yang baku dari Allah SWT. Pemenuhan kebutuhan biologis manusia diatur dalam syari’at agama Allah (Din Allah).
b)   Konsep al-Insan
Diarahkan pada upaya mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi.
c)   Konsep an-Nas
Dalam al-Qur’an kosa kata an-Nas umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai makhluk social. Manusia diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat, yang berawal dari pasangan laki-laki dan wanita, kemudian berkembang menjadi suku dan bangsa, untuk saling kenal mengenal (QS. 49:13).
d)  Konsep Bani Adam
Konsep Bani Adam, dalam bentuk menyeluruh mengacu pada penghormatan nilai-nilai kemanusiaan.
e)      Konsep al-Ins
Berangkat dari hakikat pndiptaannya tampaknya manusia dalam konteks konsep al-Ins berstatus selalu pengabdi Allah.
f)       Konsep Abd Allah
Dalam konteks konsep Abd Allah ini ternyata peran manusia harus disesuaikan dengan kedudukannya sebagai abdi (hamba).
g)      Konsep Khalifah Allah
Beranjak dari pemahaman makna yang termuat didalamnya, barangkali akan jelas bagaimana peran yang harus dilaksanakan manusia menurut statusnya selaku khallifah Allah. Peran yang harus dilakukan manusia terdiri dari dua jalur, yaitu jalur horizontal yang mengacu pada bagaimana manusia mengatur hubungan yang baik dengan sesame manusia dan alam sekitarnya dan yang kedua jalur vertical yang menggambarkan bagaimana manusia berperan sebagai mandataris Allah.

B.     Manusia Menurut Filsafat Pendidikan Islam
Manusia dalam pandangan filsafat pendidikan Islamadalah sebagai makhluk altenatif (dapat memilih), tetapi kepadanya ditawarkan pilihan nilai yang terbaik, yaitu nilai Ilahiyat.
1)   Manusia dan potensinya
Manusia adalah makhluk yang paling potensial secara garis besar potensi tersebut terdiri dari empat potensi utama yang secara fitrah sudah dianugerahkan Allah kepadanya, yaitu:
a)   Hidayat al-gharizziyat (potensi naluriah)
b)   Hidayat al-hassiyat (potensi inderawi)
c)   Hidayat al-aqliaayt (potensi akal)
d)  Hidayat al-diniyyat (potensi keagamaan)
2)   Pengembangan potansi manusia
Pengembangan potensi manusia dapat dilakukan dengan beragamam cara dan ditinjau dari berbagai pendekatan.
a)   Pendekatan filosofis
b)   Pendekatan kronologis (pendekatan atas pross perkembangan melalui pentahapan)
c)   Pendekatan fungsional
d)  Pendekatan sosial
3)   Manusia dan pendidikan
Menurut filsafat pendidikan Islammanusia adalah makhluk yang berpotensi dalam memiliki peluang untuk dididik, pendidikan itu sendiri pada dasarnya adalah aktivitas sadar beruap bimbingan bagi penumbuh-kembangnya potensi Ilahiyat, agar manusia dapat memerankan dirinya selaku pengabdi Allah secara tepat guna dalam kadar yang optimal dengan demikian pendidikan merupakan aktivitas yang bertahap, terprogram, dan berkesinambungan.
4)   Manusia debagai hamba Allah
Manusia sebagai hamba Allah adalah manusia yang memiliki sosok pribadi yang taat asas, dan tahu menempatkan dirinya pada statusnya sebagai seorang hamba terhadap pemiliknya, yaitu Allah SWT.
5)   Manusia sebagai makhluk sosial
Manusia sebagai makhluk social dicerminka dalam konsep an-Nas.
6)   Manusia sebagai khalifah Allah
Manusia sebagai khalifah Allah pada hakikatnya adalah makhluk tang bertugas menjalankan hidupnya berdasarkan pedoman yang diberikan Allah kepada mereka melalui keteladanan rosul-Nya, manusia dalam hal ini berperan sebagai mandataris Allah SWT.












BAB IX
PENDIDIKAN HAKIKAT ISLAM

A.    Pendidikan dalam Konsep Islam
Konsep pendidikan Islam perlu dilihat dari dua sudut pandang:
1)      Pendidikan umum
Tiga istilah yang sering digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu at-Tarbiyat, at-Ta’lim dan at-Ta’dib. Baik yang  at-Tarbiyat, at-Ta’lim maupun at-Ta’dib, merujuk kepada Allah. Tarbiyat yang ditengarai sebagai kata bentuk dari kata Rabb (ربّ) atau Rabba (ربّا) mengacu kepada Allah sebagai Rabb al-Alamin. Sedangkan Ta’lim yang berasal dari kata ’Alama, juga merujuk kepada Allah sebagai dzat yang Maha ’Alim. Selanjutnya Ta’dib seperti termuat pada pernyataan Rosulullah SAW. ”Addabany Rabby Faahsana Ta’diby” menperjelas bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah. Sehingga pendidikan yang beliau peroleh adalah sebaik-baik pendidikan. Dengan demikian dalam pendangan filsafat pendidikan Islam. Rosul merupakan pendidik utama yang harus dijadikan teladan.
2)      Pndidikan khusus
Pendidikan khusus dapat dirumuskan sebagai usaha untuk mebimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat menjadi pengabdi allah yang setia, berdasarkan dan dengan mempertimbagnkan latar belakang perbedaan individu, tingkat usia, jenis kelamin dan lingkungannya masing-masing.

B.     Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
1)      Dasar pendidikan Islam
Al-syaibani mengatakan ada lima prinsip dasar yang menjadi kerangka acuan dalam penyusunan dasar pendidikan Islam (al-Syaibani, 1993). Mengacu pada lima prinsip utama ini, maka Prof. Dr. Hasan Langgulung menjadikannya sebagai landasan pemikiran filsafat islam. Kelima prinsip menurut Hasan Langgulung adalah:
a)         Dasar pandangan terhadap manusia
b)         Dasar pandangan terhadap masyarakat
c)         Dasar pandangan terhadap alam semesta
d)        Dasar pandangan terhadapilmu pngetahuan
e)         Dasar pandangan terhadap akhlak
2)         Tujuan pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam memiliki karakteristik yang ada kaitannya dengan sudut pandang tertentu. Secara garis besar tujuan pendidikan Islam dapat dillihat dari tujuh dimensi utama.
a)         Dimensi hakikat pendciptaan manusia
b)         Dimensi tauhid
c)         Dimensi moral
d)        Dimensi perbedaan individu
e)         Dimensi sosial
f)          Dimensi profesional
g)         Dimensi ruang lingkup

C.    Batas dan Alat Pendidikan
1)      Batas pendidikan
Batas pendidikan menurut Rosulullah SAW, tidak hanya terbatas pada usia 24 tahun. Sebab tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya akhlaq al-karimah (akhlak yang terpuji). Pembentukan itu memerlukan rentang waktu yang panjang, yaitu sepanjang hanyat manusia. Rosulullah SAW, menegaskan bahwa sesungguhnya masa pendidikan itu terentang dari sejak buaian (lahir) hingga ke liang kubur (mati) atau akhir hayat (min al-mahd ila al-lahd). Pendidikan barat modern menganalnya sebagai life long education (pendidikan sepanjang hayat).
2)      Alat pendidikan
Dalam pendidikan Islam alat pendidikan yang paling diutamakan adalah teladan. Sejalan dengan hal itu maka pendidikan Islam menempatkan Rosullullah SAW sebagai sosok teladan utamanya, sebagaimana dinyatakan oleh al-Qur’an (laqad kana laqum fi rosulillahi uswatun hasanah). Bagi para pendidik, sosok kehidupan dan perilaku beliau senantiasa dijadikan acuan dalam mendidik.

D.    Pendidikan Islam sebagai Satu Sistem
1)      Hakikat pendidikan
a)      Pandidikan dalam konsep Tarbiyah: hubungan antara tugas orang tua terhadap anaknya dengan Tuhan sebagai Rabb (maha pendidikan).
b)      Pendidikan dalam konsep Ta’dib: Allah SWT sebagai pendidik yang maha agung yang mendidik Rosul dengan sistem pendidikan yang terbaik.
c)      Pendidikan dalam konsep Ta’lim: berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan.
2)      Kriteria pendidikan
Adapun kriteria-kriteria dimaksud, perlu dimiliki oleh pndidik adalah, untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahpahaman hingga dapat menelantarkan anak didik dalam mencari nilai-nilai hidup dan mengembangkan kepribadiannya, serta pengetahuannya menurut ajaran Islam (Zuhairani, 1995:170)
3)      Hakikat peserta didik
a)      Kriteria pesera didik
1.      Masa usia pra sekolah (0;0 – 6;0 tahun)
-          Masa vital/tahap asuhan (0;0 – 2;0 tahun)
-          Masa estetik (0;0 – 6;0 tahun)
2.      Masa usia sekolah dasar (6;0 – 12;0/13;0 tahun)
-          Masa kelas rendah/sekolah dasar (6;0/7;0 – 9;0/10;0 tahun)
-          Masa kelas tinggi sekolah dasar (9;0/10;0 – 12;0/13;0 tahun)
3.      Masa usia sekolah menengah (14;0 – 20;0 tahun)
4.      Masa usia mahasiswa (19;0/20;0 – 25;0/30;0 tahun)
5.      Masa usia kebijaksanaan (30;0 – meninggal dunia)
b)      Potensi peserta didik
Pengembangan berbagai potensi manusia dapat dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui institusi-institusi baik disekolah, keluarga, masyarakat, mapun melalui institusi sosial yang ada (Muhaimin: 141). Usaha untuk mengembangkan potensi fitriyah dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal, dan juga jalur non formal.
Adapun untuk membahas pengmbangan potensi-potensi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsep tentang manusia, yang erat kaitannya dengan pengembangan potensi ini adalah al-Insan, an-Nas al-Basyr. Konsep tersebut meruapakan bagian dari informsi wahyu tentang manusia, seperti yang termaktub dalam berbagai ayat al-Qur’an.
c)   Aspek perkembangan
Berdasarkan potensi fitrah penciptaannya, maka perkembangan manusia meliputi seluruh aspek yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya baik dalam statusnya sebagai makhluk bertuhan, makhluk individu, makhluk sosial, makhluk bermoral, makhluk berperadaban dan sebagainya. Aspek perkembangan ini merupakan potensi yang mendukung pengembangan manusia menjadi sosok menausia seutuhya, secara optimal dan berimbang, agar mampu menjalankan amanat dalam statusnya selaku hamba Allah maupun khalifah-Nya.
d)  Pembentukan kepribadian
Berbagai istilah utnuk menggambarkan kepribadian:
1.   Mentality: ciri dan situasi mental seseorang yang dihubungakan dengan kegiatan intelektualya.
2.   Personality: ciri seseorang yang dapat dibedakan dari orang lain berdasarkan seluruh sikapnya.
3.   Individuality: sifat khas yang dimiliki masing-masing individu, manusia memiliki prbedaan (individual diffrncies).
4.   Identity: kecenderungan mempertahankan sifat khas terhadap pengaruh lain yang datang dari luar.
4)      Hakikat kurikulum
1)      Pengertian kurikulum
Hakikat kurikulum dalam pendidikan Islam adalah berupa bahan-bahan atau materi, aktivitas dan pengalaman-pengalaman yang mengandung unsur ajaran ketauhidan yang diberikan kepada manusia semenjak lahir sampai ke liang lahat kubur, untuk membentuk akhlak yang mulia sesuai dengan hakikat penciptaan manusia, dan juga sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya dimuka bumi, dalam bentuk konsep seutuhnya.
2)      Kurikulum pendidikan Islam
Kurikulum yang dipandang baik dan efektif guna mencapai tujuan pendidikan Islam adalah kurikulum yang berisi muatan materi yang bersifat terpadu dan komprehensif.
3)      Kurikulum dan peserta didik
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai menu bagi pertumbuhan dan perkembangan perserta didik. Baik buruknya materi kurikulum akan ikut mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan pendidikan. Penentuan materi kurikulum akan berhubungan langsung dan iktu berpengaruh dalam pembentukan sikap dan perilaku peserta didik pada kehidupan selanjutnya.
4)      Kurikulum dan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh kurikulum dalam pendidikan Islam, adalah sejalan dengan tujuan ajaran Islam yaitu membentuk akhlak yang mulai, dalam kaitannya dengan hakikat pencipataan manusia. Oleh sebab itu, harus diusahakan agar materi kurikulum yang diberikan atau diajarkan kepada peseta didik dapat memberikan pengaruh terhadap tingkah laku mereka hingga mengarahkan kepada pencapain tujuan pendidikan tersebut.













BAB X
KEPRIBADIAN MUSLIM DAN PEMBENTUKANNYA

A.    Kepribadian Muslim
1)      Pembentukan kepribadian muslim sebagai individu
Pembentukan kepribadian muslim secara menyeluruh adalah pembentukan yang meliputi pembentukan yang meliputi berbagai aspek:
a)      Aspek idiil (dasar): dari landasan pemikiran bersumber dari ajaran wahyu.
b)      Aspek materiil (bahan): berupa pedoman dan materi ajaran (pembentukan akhlak al-karimah).
c)      Aspek sosial: hubungan baik antara sesama makhluk, khususnya sesama manusia.
d)     Aspek teologi: pembentukan nilai-nilai tauhid.
e)      Aspek teologis(tujuan): mempunyai tujuan yang jelas.
f)       Aspek duratif (waktu): pembentukan kepribadian muslim dilakukan sejak lahir hingga meninggal dunia.
g)      Aspek dimensional: didasarkan atas penghargaan terhadap faktor-faktor bawaan yang berbeda.
h)      Aspek fitrah manusia: bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan jasmani dan rohani.
2)      Pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah
Pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun ummah pada hakikatnya berjalan seiring dan menuju ketujuan yang sama. Tujuan utmaanya adalah guna merealisasikan diri, baik secara pribadi orang perorang (individu) maupun secara ketentuan-ketentuan yang diberikan Allah.

B.     Kepribadian Muslim sebagai Khalifah
Kesadaran siri terhadap status sebagai hamba dan khalifah Allah ini, bagaimanapun akan menanamkan rasa tanggung jawab yang besar. Selain itu juga akan berpengaruh dalam membentuk sikap dan perilaku. Selaku hamba Allah, seseorang merasa dituntut untuk meningkatkan pengabdiannya kepada Allah. Oleh karena itu segala yang dilakukannya diarahkan pada pengambdiannya kepada sang pencipta. Selanjutnya, sebagai khalifah ia merasa diberi tanggung jawab untuk memakmurkan kehidupan dimuka bumi. Kedua sifat ini hanya mungkin dimiliki oleh mereka yang beriman dan bertakwa kepada Allah.

C.    Hubungan Khalik dan Makhluk
Manusia merupakan karya allah swt, yang terbesar dilihat dari potensi yang dimilikinya. Manusia merupakan satu-satunya makhluk allah yang aktivitasnya mampu mewujudkan begian tertinggi dari kehendak tuhan dan menjadikan sejarah (QS. 5: 56 dan QS. 75: 36), serta menjadi makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperluka. Syarat-syarat tersebut menjadikan manusia mampu mengadakan hubungan timbal balik dengan alam dan sesamanya serta dengan pencipta dirinya yang juga pencipta alam.
Misi rahmat li al-alamin meruapakan misi tunggal Nabi Muhammad SAW, selaku pendidik agung. Selanjutnya kaum muslimin selaku pengikut beliau, diperintahkan Allah SWT untuk menjadikan Rosulullah SAW ini sebagai sosok teladan. Keteladanan Rosulullah SAW mencakup seluruh aspek kehidupan beliau yang bersumber dari dari perkataan (qaul), perbuatan (fi’il), dan persetujuan (taqrir). Secara estafet, semuanya itu diwariskan beliau kepada para sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, para ulama. Oleh akrena itu, secara kakikatnya rahmat li al-alamin merupakan misi pendidikan Islam yang berisi nilai-nilai tauhid. Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah teologi pendidikan.

Kelebihan
Adapun kelebihan dari buku teologi pendidikan ini adalah pembahasannya sistematis dan bersifat produktif. Selain itu buku ini juga memberikan wawasan yang berbeda bagi pembaca, khususnya bagi penulis. Seperti pada Bab II bagian 2 yaitu manusia dan peranannya. Penulis benar-benar mengerti peran manusia seutuhnya. Selebihnya dapat pembaca lihat sendiri kelebihan dari buku yang berjudul (teologi pendidikan” ini. Penulis yakin pembaca akan mendapatkan wawasan yang berbeda saat membacanya.

Kelemahan
Kelemahan dari buku teologi pendidikan ini adalah terletak pada tata bahasanya. Banyak kalimat yang kurang dipahami, bahasanya masih terkesan baku, pembahasannya bertele-tele. Jadi pembaca agak bosan saat membaca bagian-bagian tertentu karena terlalu banyak kata-kata yang kurang pas, dan pengulangan kata. Selain itu pembahasannya masih ada yang kurang mengena pada sub pokok pembahasan.

BAB XI
ILMU JIWA PENDIDIKAN

Pendidikan tentang jiwa psikolog dan psikolog pendidikan yang terpendam dalam diri manusia yang akhirnya dapat melahirkan pola berperilaku, gerak dan lain sebagainya. Dengan demikian pergerakan, pertumbuhan dan perkembangan semua itu menjadi petunjuk gejala adanya jiwa pada manusia. Disini para filosof membagi jiwa menjadi
1.      Daya Vegetatif, bersifat tumbuh, berkembang sebagaimana tumbuh-tumbuhan ini disebut “nafs on nabati
2.      Daya Sensoris, ini bagi pemilik penginderaan, berpindah sebagaimana perilaku hewan disebut “nafs al hayawany
3.      Daya Rasional, yang khusus pemilik yang bersifat berfikir, berbuat, berkehendak sebagaimana khusus nampak pada jiwa manusia, dan disebut “nafs al insaniyah”
4.      Daya ruh, bersifat taat, patuh, tunduk, ini menggambarkan sosok malaikat.

Menurut Kejiwaan Manusia
Menurut kebanyakan filosof, struktur jiwa manusia terdiri dari :
1.      Jiwa Vegetatif       : bagian terbawah
2.      Jiwa Sensitif          : bagian menengah
3.      Jiwa Rasional        : bagian tertinggi

Pembagian Ilmu Jiwa
1.      Dari segi sasaran / objeknya, ilmu jiwa dapat dibedakan menjadi dua :
a.       Ilmu Jiwa Umum     : yaitu objek studynya adalah manusia dewasa seutuhnya, normal dan beradab.
b.      Ilmu Jiwa Khusus    : yaitu objek studynya adalah bagian-bagian tertentu dari gejala-gejala jiwa.
2.      Dari segi kegunaan dapat dibedakan antara ilmu jiwa teoritis, praktis.
a.       Teoritis dipergunakan untuk mengembangkan pengetahuan ilmu kejiwaan.
b.      Praktis dipergunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensinya bidang tertentu dari aspek bidang kehidupan manusia.

Pengertian Psikologi Pendidikan.
Psikologi pendidikan adalah : suatu stadi kejiwaan dari bidang pendidikan/studi dari bidang pendidikan yang akhirnya diarahkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan dan pengajaran.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI DISIPLIN ILMU

Psikologi pendidikan, bisa dipahami sebagai “study tentang proses pendidikan dari sudut tinjauan psikologi”.
Apakah psikologi pendidikan sudah merupakan disiplin ilmu yang tersendiri? Hal ini dapat lihat apakah psikologi pendidikan sudah memenuhi syarat-syarat berikut:
1.      Harus mempunyai objek
2.      Harus mempunyai metode khusus
3.      Harus mempunyai ruang lingkup studi yang jelas
4.      Harus mempunyai nilai guna dan manfaat

Objek Psikologi Pendidikan
1.      Objek material, yaitu bersifat umum, yang juga menjadi objek kebersamaan ilmu-ilmu umum lainnya yang sejenis, (objek dari ilmu induknya).
2.      Objek formal yaitu bersifat khusus yang hanya menjadi sasaran studi tersendiri dari ilmu yang bersangkutan dan berbeda dari objek-objek ilmu lainnya, ini keduanya merupakan penghayatan tingkah laku manusia.

Ruang lingkup Psikologi Pendidikan
Ialah meliputi :
1.      Masalah perkembangan dan pertumbuhan individu
2.      Masalah belajar mengajar
3.      Masalah pengukuran dan penelitian
4.      Masalah bimbingan dan penyuluhan



Kegunaan Psikologi Pendidikan

Secara praktis Psikologi pendidikan berguna pada mereka yang terlibat dalam proses pendidikan dan pengajar.
a.       bagi perencana pendidikan
b.      bagi para guru
c.       bagi para orang tua

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Antara kata pertumbuhan dan perkembangan keduanya mempunyai arti yang berbeda karena suatu yang tumbuh adalah suatu yang bersifat material dan kuantitatif sedangkan yang berkembang adalah suatu yang bersifat fungsional dan kuantitatif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Ada garis besar yang merupakan faktor terpengaruhnya pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak.
1.      Faktor Intern, faktor yang muncul dari dalam diri anak / dari keturunan.
2.      Faktor Ekstern, faktor yang muncul dari luar diri anak / dari pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan.
Dan ada juga kedua faktor tadi di dalam hal ini ada tiga teori :
1.      Teori Rativisme, berpendapat bahwa sejak lahir anak telah memiliki sifat-sifat / dasar-dasar tertentu.
2.      Teori Empirisme, berpendapat bahwa sejak lahir anak tidak memiliki sifat-sifat / dasar-dasar tertntu semata-mata ditentukan faktor dari luar. 
3.      Teori Konvergensi, berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak itu ditentukan sebagai akibat interaksi.

Prinsip-prinsip Perkembangan.
1.      Prinsip kesatuan organis
2.      Prinsip tempo dan irama berkembang
3.      Prinsip pola umum perkembangan yang sama
4.      Prinsip Konvergensi
5.      Prinsip Kematangan
6.      Prinsip Fungsional

Membina pertumbuhan dan perkembangan anak
Syarat-syarat pokok dalam pembinaan pertumbuhan dan perkembangan.
1.      Adanya Pembina yang bertanggung jawab
2.      Tersedianya alat-alat lengkap
3.      Adanya keteraturan artinya : pembinaan harus diberikan secara terus-menerus
4.      Diperlukan adanya perlindungan
5.      Diperlukan adanya kesabaran dan ketekunan

FAKTOR HEREDITAS DAN PRINSIPNYA

Yang disebut faktor hereditas adalah : sifat-sifat / ciri-ciri yang diperoleh oleh seseorang anak atas dasar keturunan atau pewarisan dari generasi ke generasi melalui sel benih.

Prinsipnya atau Hukum Hereditas
Dapat berlangsung menurut prinsip-prinsip / hokum-hukum tertentu yaitu :
1.      Prinsip Reproduksi, melalui prinsip reproduksi orang tua bisa mewariskan sel benihnya kepada generasinya.
2.      Prinsip Konformitasi, bahwa setiap jenis makhluk menurunkan jenisnya sendiri.
3.      Prinsip Variasi, selain mewarisi ciri-ciri yang umum yang sama juga mewariskan sifat berbeda lainnya.
4.      Prinsip Regresi Fillial, menunjukkan sifat menonjol kedua-duanya misal : meskipun orang tuanya cerdas, generasinya akan sedang-sedang tak secerdas orang tuanya.
PERLENGKAPAN DASAR DAN PERLENGKAPAN AJAR

Perlengkapan dasar ialah perlengkapan-perlengkapan yang ada dan dimiliki oleh seseorang atas dasar bawaan / keturunan.
Sedangkan perlengkapan ajar adalah perlngkapan-perlengkapan yang berupa berbagai macam kemampuan yang diperoleh anak sebagai akibat belajar dan pengalaman-pengalaman lain.

PROBLEM PERBEDAAN INDIVIDUAL DALAM PENDIDIKAN

Perbedaan individual adalah sebagai apresiasi dari hukum variasi dalam hereditas.
Sesuai dengan hukum regresi filial dapat dibedakan bersifat demikian.
1.      Secara kasar : hanya bisa digolongkan antara dua kategori misal : tinggi rendah
2.      Secara distributif : penyebaran perbedaan individual itu menunjukkan “kurva distributif normal” bahwa yang paling banyak adalah sedang-sedang dan semakin ke ujung semakin sedikit jumlahnya.






PENGERTIAN BELAJAR DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Belajar mempunyai banyak arti sangat luas. Bisa dikatakan bahwa belajar adalah meliputi setiap pengalaman yang menimbulkan perubahan dalam pengetahuan.
Belajar dapat didefinisikan sebagai “berubahnya kemampuan seseorang untuk melihat, berfikir, merasakan, melaksanakan sesuatu dan lain-lain”.

Faktor yang mempengaruhi belajar
1.      Faktor-faktor non sosial
2.      Faktor-faktor sosial dalam belajar
3.      Faktor-faktor fisiologis dalam belajar
4.      Faktor-faktor psikologis dalam belajar

TEORI-TEORI BELAJAR ILMU JIWA PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI DISIPLIN ILMU
Disini banyak aliran psikologi dan psikologi pendidikan.
1.      Psikologi yang bersifat spekulatif
2.      Psikologi behavioristik
3.      Psikologi Kognitif
4.      Psikologi humanistik
Dan mengenai teori belajar ini tak lain karena para ahli tidak puas pendapat, para ahli sebelumnya, dari itu timbulah teori belajar yang bersifat kognitif .
Psikologi kognitif mulai berkembang dari lahirnya teori gestalt peletak dasar teori gestatif adalah Wertheimer, yang meneliti tentang pengalaman dan problem solving.
Menurut psikologi gestalt ada beberapa sifat khusus belajar dengan insight (pengamatan/pemahaman mendadak antara hubungan terhadap permasalahan) yaitu:
1.      Insight itu tergantung kepada kemampuan dasar yang berbeda-beda antar anak
2.      Insight itu tergantung kepada pengalaman yang relevan
3.      Insight itu tergantung pengaturan secara eksperimental
4.      Insight itu didahului oleh sesuatu periode yang berbeda-beda
5.      Insight itu dapat diulangi
6.      Insight itu yang pernah didapatkan, dapat dipakai untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
BEBERAPA BENTUK / JENIS BELAJAR
Bentuk-bentuk belajar antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.      Bentuk belajar menurut spikis
a.       Belajar dinamik yaitu artinya menghendaki sesuatu secara wajar didalam belajar
b.      Belajar efektif, cirinya belajar menghayati nilai-nilai dari objek yang dihadapi melalui alam perasaan
c.       Belajar kognitif, cirinya dalam mempergunakan bentuk-bentuk prestasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi
2.      Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari
a.       Belajar teoritis
b.      Belajar teknis
c.       Belajar bermasyarakat
d.      Belajar estetis, cenderung bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan diberbagai bidang kesenian.
3.      Bentuk- bentuk belajar yang tidak begitu disadari
a.       Belajar insidental : ini cirinya langsung bila orang mempelajari sesuatu dengan tujuan tertentu tetapi di samping itu juga belajar hal-hal lain yang sebenarnya tidak menjadi sasaran.
b.      Belajar tersembunyi
c.       Belajar mencoba-coba
MASALAH MOTIVASI BELAJAR
Motif, motivasi dan motivasi belajar.
Motif adalah : daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu
Motivasi ialah motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat tertentu, motivasi belajar adalah dorongan yang mana dapat memberikan rasa belajar dengan tekun kepada peserta didik.
Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan sesuatu kebutuhan. Kaitan itu tertampung dalam istilah “lingkungan motivasi”.
TRANSFER BELAJAR
Transfer belajar adalah : pemindahan / pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidangstudi yang satu ke bidang studi yang lain, atau kehidupan sehari-hari di luar lingkungan sekolah.
Beberapa pandangan tentang transfer belajar, dalam hal ini terdapat beberapa teori antara lain :
1.      Teori disiplin formal
Pandangan ini bertitik tolak pada pandangan aliran psikologis, daya tentang psike/kejiwaan manusia, psike itu dipandang sebagai kumpulan dari sejumlah bagian / daya-daya yang berdiri sendiri. Seperti daya berfikir, daya mengingat, daya kemauan, daya merasa, dan lain-lain.
2.      Teori elemen identik
Suatu unsur di bidang studi yang satu ke unsur yang sama antara bidang-bidang study.
3.      Teori generalisasi
Berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok.

Faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar.
1.      Proses belajar
2.      Hasil belajar
3.      Bahan / materi bidang-bidang studi
4.      Faktor-faktor subyektifitas di pihak siswa
5.      Sikap dan usaha guru

PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)
Setiap makhluk hidup pasti mempunyai masalah. Adapun beberapa cara yang harus ditempuh dalam problem solving mulai dari sederhana sampai yang paling rumit adalah :
1.      Kelakuan yang tidak dipelajari (instink) dan pembiasaan
2.      Trial and error yang membudaya
3.      Dengan insight (pemahaman)
4.      Vicarious, behavior (dalam hati), dan
5.      Cara ilmiah
Kalau pada binatang pemecahan masalah dapat menggunakan cara-cara (1), (2), dan (3) sedangkan pada manusia menggunakan kelima cara tadi, akan tetapi cara (1), dan (2) sering dipergunakan pada tahap kanak-kanak.
.PARADIGMA BARU PENDIDIKAN
Paradigma baru tersebut mungkin menyangkut pemikiran tentang masalah-masalah berikut ini: 
  1. Perkembangan pemikiran pendidikan di Indonesia semenjak kemerdekaan hingga saat ini tampaknya belum  menemukan konsep pendidikan yang dapat digunakan dalam jangka panjang. 
  2. Adanya otonomi daerah tidak boleh meninmbulkan fragamentasi kebijaksanaan pendidikan nasional, walaupun hanya terbatas pda pendidikan tingkat dasar dan menengaah. 
  3. Ada pendapat untuk mengatasi kemandekan pemikiran pendidikan, kita harus kembali pada pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Muhammad Syafei. Pemikiran itu pada masa lalu timbul dalam semangat politik  non-cooperation terhadap penjajahan Belanda, dan untuk menumbuhkan nasionalisme dalam perjuangan mencapai kemerdekaan. Sekarang baik lingkungan nasional dan maupun lingkungan global sudah sangat berbeda. Indonesia sudah merdeka 62 tahun. 
  4. Konsep dan pelaksanaan pendidikan di Eropah didasarka pada pada Link &  Match antara University dan Industry modern, antara dunia pendidikan dengan dunia kerja; di Cina adalah belajar selama hidup atau LLL ( Life Long Learning) dan tepat waktu atau Just in Time Learning (JiTL), di Jepang kreativitas dan praktik dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Di Indonesia konsep dan pelaksanaannya bagaimana? Kalau kita mau mencontoh, yang mana yang lebih cocok dan mungkin bagi Indonesia. 
  5. Dalam kurikulum pendidikan kita mana yng lebih baik: menggunakan kurukulum leading atau following. Dan dalam kurikulum, apakah strateginya banyak tapi dapat sedikit, atau sedikit tapi dapat banyak? Jangan dibebani murid-murid sekolah dengan terlalu banyak pelajaran, dan adanya anggapan bahwa beberapa mata pelajaran yang overlaping antara sekolah dasar, menengah pertama dan menengah lanjutan. 
  6. Antara pendidikan dan kebudayaan sesungguhnya tidak dapat dipisahkan tidak hanya dalam konsep tetapi dalam kelembagaan, karena budaya itu adalah values bukan hanya artifact.  
  7. Pendidikan adalah human investment antar generasi, karena itu perlu strategi jangka panjang, yang  seharusnya tidak terbatas pada periode-periode satu pemerintahan, apalagi terbatas hanya pada periode seorang menteri. 
PENDIDIKAN KARAKTER
Paulo Freire, pedagogik kritis asal Brazil telah menggagas pentingnya pendidikan kritis melalui proses penyadaran (konsientisasi). Yaitu upaya penyadaran terhadap sistem pendidikan yang menindas yang menjadikan masyarakat mengalami dehumanisasi. Pendidikan diharapkan mampu mendekonstruksi kenyataan sosial, ekonomi, dan politik bahkan agama serta merekonstruksi untuk menyelesaikan pelbagai problem masyarakat. Dengan demikian pendidikan akan menjadi problem solver, bukan malah menjadi part of problem. Membangun pendidikan kritis melalui upaya penyadaran (konsientisasi) sebagaimana yang ditawarkan oleh Freire tidaklah mudah. Untuk itu diperlukan strategi dan langkah-langkah untuk mencapainya.
     Pertama adalah memperbaiki konsep kurikulum lembaga keguruan sebagai pencetak calon guru. Lembaga ini harus mampu menghasilkan calon guru yang mampu menganalisis kurikulum untuk dikaitkan langsung dengan problem kehidupan yang ada, menjadi fasilitator, motivator, dan administrator. Kecenderungan yang ada selama ini adalah terbatasnya kualitas lulusan pada kemampuan sebagai administrator, sehingga guru kurang berhasil memerankan peranan sebagai fasilitator dan motivator yang baik.
 Kedua adalah mengubah proses pembelajaran dari pedagogik ke andragogik. Pembelajaran yang bercorak pedagogik hanya akan menghasilkan budaya bisu (the cultural of silence). Peserta didik hanya diposisikan sebagai obyek yang harus menuruti kemauan guru. Dengan pembelajaran yang bercorak andragogik maka peserta didik menjadi mitra belajar bagi guru itu sendiri. Guru dan peserta didik menjadi sama-sama belajar, ada keharmonisan dan kehangatan dalam belajar karena keduanya merasa di”manusiakan”. Pembelajaran andragogik juga menekankan pada problem solver sehingga teori yang diajarkan akan menjadi pisau analisis terhadap realitas yang ada, bukannya terbatas sebagai alat untuk menjawab soal dalam ujian.
Ketiga adalah mengoptimalkan kurikulum lokal. Kurikulum lokal yang selama ini diterjemahkan dengan muatan lokal harus benar-benar diberdayakan. Selama ini kurikulum lokal diposisikan sebagai pelengkap derita dan tidak dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai sebuah keunggulan. Mestinya kurikulum lokal benar-benar menjadi branch image setiap sekolah di wilayah tertentu sehingga memperkaya keilmuan yang ada sekaligus konservasi terhadap keunikan-keunikan lokal, dan sebagai bentuk perimbangan terhadap globalisasi yang semakin liar. Pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual dalam proses pembentukan pribadi ialah pedagog Jerman FW Foerster (1869-1966). Pendidikan karakter merupakan reaksi atas kejumudan pedagogi natural Rousseauian dan instrumentalisme pedagogis Deweyan.
Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur.
Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang. Ketiga, otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. Kematangan keempat karakter ini, lanjut Foerster, memungkinkan manusia melewati tahap individualitas menuju personalitas. ”Orang-orang modern sering mencampuradukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior dan interior.” Karakter inilah yang menentukan forma seorang pribadi dalam segala tindakannya.

TRANSFORMASI PENDIDIKAN
Kata trasformasi berasal dari 2 kata dasar “Trans dan Form”.
Trans berarti melintasi dari satu sisi ke sisi lainnya (across) atau melampaui (beyond). Form berarti bentuk. Transformasi dapat diartikan adanya perubahan atau perpindahan bentuk yang jelas. Pendidikan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk menghasilkan manusia yang utuh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dari pengertian pendidikan dan trasformasi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan transformatif adalah perubahan wajah dan watak yang terjadi pada sistem pendidikan.



















DAFTAR PUSTAKA
Umar Tirtarahardja, dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional
Sumitro, dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press
Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta: UNY Press
Mukhtar Buchori, Pendidikan Antisipatoris, Yogyakarta: Kanisius
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: Rineka Cipta
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Algesindo
Nurkholis Madjid, Khasanah Intelektual Islam, Jakarta: Bulan Bintang
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Liberty

Tidak ada komentar:

Posting Komentar